
Hybrid working terjadi ketika Pandemi COVID-19 telah merevolusi dunia kerja secara permanen. Perusahaan yang sebelumnya hanya mengenal sistem kerja kantor penuh waktu dipaksa mengadopsi kerja dari rumah (remote working). Setelah pandemi mereda, muncul pendekatan baru yang menggabungkan keduanya.
Menurut studi McKinsey, lebih dari 70% perusahaan global kini menerapkan model kerja hybrid secara permanen. Hal ini bukan sekadar respons krisis, melainkan evolusi nyata dari cara kita bekerja. Karyawan menginginkan fleksibilitas, sementara perusahaan tetap menginginkan produktivitas.
Hybrid working telah diadopsi oleh perusahaan di Indonesia sebanyak 67% sejak tajun 2022, namun 80% di antaranya tidak memiliki kebijakan jelas. Akibatnya? Konflik HR meningkat 40% (data Kemnaker, 2024).
Namun, mengimplementasikan hybrid working tidak semudah mengizinkan karyawan kerja dari rumah. Diperlukan perencanaan matang, teknologi pendukung, dan strategi manajemen yang adaptif.
Statistik Kunci:
- 89% karyawan mengaku lebih produktif dengan hybrid work (Sumber: LinkedIn, 2023).
- Perusahaan bisa hemat Rp 28 juta/bulan untuk biaya kantor (Sumber: CBRE Jakarta).
Apa Itu Hybrid Working?

Hybrid working adalah sistem kerja yang memungkinkan karyawan untuk bekerja dari kantor dan dari lokasi lain (biasanya rumah), dalam porsi waktu yang disesuaikan dengan peran, tim, atau individu.
Perbedaan dengan Remote & Fleksibel Working
Model | Lokasi Kerja | Fleksibilitas Waktu | Contoh |
---|---|---|---|
On-site | Selalu di kantor | Rendah | Pegawai pabrik |
Remote | Selalu dari rumah | Tinggi | Freelance programmer |
Hybrid | Kombinasi rumah dan kantor | Sedang-tinggi | Karyawan perusahaan teknologi |
Fleksibel | Fokus ke jam kerja, bukan lokasi | Tinggi | Konsultan proyek berbasis outcome |
Evolusi Tempat Kerja
Dulu kantor adalah pusat kerja, kini kantor hanya salah satu titik interaksi. Teknologi memungkinkan pekerjaan dilakukan dari mana saja. Perubahan ini menuntut sistem kerja yang dinamis dan berbasis kepercayaan.
Model Hybrid Work Populer:
Tidak semua perusahaan menerapkan hybrid working dengan cara yang sama. Berikut beberapa model paling umum:
1. Fixed Hybrid
Karyawan dijadwalkan masuk kantor pada hari tertentu, misalnya Senin–Rabu di kantor, Kamis–Jumat dari rumah.
2. Flexible Hybrid
Karyawan bisa memilih hari kerja di rumah atau kantor secara fleksibel, sesuai kesepakatan tim.
3. Remote-First Hybrid
Pekerjaan dirancang agar remote sebagai default, dan ke kantor hanya untuk aktivitas tertentu (misalnya workshop atau kick-off meeting).
4. Office-First Hybrid
Kantor tetap jadi pusat aktivitas utama, tapi karyawan diberi 1–2 hari kerja dari rumah.
Contoh Implementasi
- Google: 3 hari di kantor, 2 hari WFH.
- Twitter (dulu): Remote-first.
- Telkom Indonesia: Fleksibel per divisi dan peran.
Baca Juga: Remote Working 2025
Hukum & Regulasi Hybrid Working di Indonesia
Dasar Hukum
Hybrid working diatur dalam:
- UU No. 13/2003 (Ketenagakerjaan): Jam kerja tetap 40 jam/minggu, tapi bisa fleksibel.
- SE Menaker No. 2/2023: Rekomendasi hybrid work pasca-pandemic.
Hak Karyawan Hybrid Work:
Gaji penuh (tidak boleh dipotong).
Uang transport jika WFO (sesuai kebijakan perusahaan).
Akses alat kerja (laptop, internet) harus disediakan perusahaan.
Contoh Kasus Hukum:
- PT X vs Karyawan (2023): Perusahaan kalah di PHI karena memotong gaji tanpa dasar saat karyawan WFH.
Manfaat Hybrid Working
1. Produktivitas Meningkat
Studi dari Stanford menunjukkan bahwa karyawan hybrid cenderung lebih produktif 13% dibandingkan yang full on-site karena minim gangguan dan waktu commuting.
2. Work-Life Balance Lebih Sehat
Karyawan bisa lebih leluasa mengatur waktu antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, mengurangi stres dan burnout.
3. Retensi dan Kepuasan Karyawan
Fleksibilitas kerja menjadi salah satu faktor utama dalam mempertahankan talenta terbaik, terutama generasi milenial dan Gen Z.
4. Efisiensi Biaya Operasional
Perusahaan bisa mengurangi kebutuhan ruang kantor dan biaya listrik, transportasi, serta logistik internal.
5. Inklusi dan Akses Talenta Global
Perusahaan bisa merekrut dari mana saja, tanpa batas geografis.
Tantangan Hybrid Working & Solusinya

5 Masalah Utama + Solusi:
Masalah | Solusi |
---|---|
Komunikasi tim terganggu | Gunakan Slack (prioritas pesan) & Zoom (meeting harian). |
Produktivitas turun | Terapkan time-tracking tools (Contoh: Toggl Track). |
Keamanan data | Wajibkan VPN (Rekomendasi: NordVPN Teams) & pelatihan cybersecurity. |
Contoh SOP Komunikasi Hybrid:
- Setiap pagi, lakukan stand-up meeting 15 menit via Zoom.
- Gunakan Slack channel khusus untuk proyek mendesak.
Baca Juga: Menemukan Work Life Balance di Tengah Kesibukan
Strategi Implementasi Hybrid Working yang Efektif
1. Audit Internal: Kesiapan & Kebutuhan
- Evaluasi tipe pekerjaan mana yang bisa dilakukan secara hybrid.
- Survei preferensi karyawan.
- Pertimbangkan kebutuhan pelanggan dan proses kerja kritis.
2. Susun Kebijakan Hybrid
- Hari kerja dari kantor vs rumah.
- Penilaian kinerja dan kehadiran.
- Kode etik penggunaan teknologi (Zoom etiquette, misalnya).
- Hak dan kewajiban karyawan.
3. Infrastruktur dan Teknologi Pendukung
- Komunikasi: Slack, Microsoft Teams, Zoom.
- Kolaborasi: Google Workspace, Notion, Miro.
- Project Management: Trello, Asana, ClickUp.
- HR & Admin: HRIS berbasis cloud, e-signature, sistem klaim digital.
Jadwal Kerja Fleksibel (Sample)
Hari | Lokasi | Keterangan |
---|---|---|
Senin | Kantor | Meeting mingguan |
Selasa | Kantor | Kolaborasi tim |
Rabu | Rumah | Deep work |
Kamis | Rumah | Pelaporan & dokumentasi |
Jumat | Bebas | Refleksi, evaluasi, dan training |
Studi Kasus Perusahaan yang Sukses dengan Hybrid Working
1. Microsoft
Menerapkan “hybrid workplace by design”. Fokus pada:
- Empowered choice (pilihan kerja fleksibel).
- Teknologi inklusif.
- Ruang kantor yang didesain ulang.
2. Telkom Indonesia
Telkom menyesuaikan kebijakan hybrid untuk tim engineering, pemasaran, dan back office. Karyawan tetap dimonitor secara output-based dan menggunakan sistem HR digital.
3. Shopify
Menghapus kantor fisik dan menggunakan konsep “digital by default”. Menekankan komunikasi asynchronous dan dokumentasi menyeluruh.
Hasilnya:
- Turnover menurun.
- Produktivitas meningkat.
- Biaya kantor berkurang hingga 30%.
Baca Juga: Cara Mengatasi Burnout Kerja
Masa Depan Hybrid Working
1. Tren ke Depan
- Kantor menjadi tempat kolaborasi, bukan tempat kerja utama.
- Hybrid sebagai default, bukan kebijakan alternatif.
- Integrasi AI dalam pengelolaan kerja (misalnya summarizing meeting otomatis, tracking progress AI-driven).
2. Tantangan Masa Depan
- Menjaga keterlibatan dan budaya organisasi.
- Menyusun sistem reward dan feedback yang adil untuk semua model kerja.
- Mengelola produktivitas secara real-time tanpa mengorbankan kepercayaan.
3. Peran Teknologi AI dan Otomatisasi
- Otomasi tugas administratif.
- Virtual office berbasis metaverse.
- AI assistant untuk HR, project, dan komunikasi lintas zona waktu.
Baca Juga: Aturan Jam Kerja Karyawan Lengkap 2025
Rangkuman Talentiv
Hybrid working bukan solusi satu ukuran untuk semua. Kesuksesan implementasinya tergantung pada:
- Jenis industri dan pekerjaan,
- Kesiapan teknologi,
- Budaya organisasi,
- Keterbukaan terhadap perubahan.
Checklist kesiapan:
- ✅ Pekerjaan dapat dilakukan tanpa hadir fisik
- ✅ Infrastruktur digital tersedia
- ✅ Tim manajemen siap berubah mindset
- ✅ Budaya kerja berbasis output, bukan kehadiran
Jika semua elemen itu terpenuhi, hybrid working dapat menjadi alat strategis untuk menciptakan organisasi yang lebih adaptif, efisien, dan human-centered.
Apa kekurangan hybrid working?
Ketimpangan komunikasi.
Tantangan dalam membangun budaya perusahaan.
Potensi konflik penjadwalan.
Apakah semua pekerjaan bisa dilakukan secara hybrid?
Tidak. Pekerjaan seperti produksi manufaktur, pelayanan publik langsung, atau perawatan medis tetap membutuhkan kehadiran fisik.
Bagaimana cara mengukur produktivitas dalam hybrid setting?
Fokus pada key performance indicators (KPI) dan outcome, bukan waktu duduk di depan komputer.
Bagaimana cara membangun budaya kerja hybrid yang kuat?
Rutin check-in dengan tim.
Kegiatan engagement virtual.
Transparansi dan dokumentasi proses kerja.